BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sebagai calon guru atau
pendidik kita harus mempunyai pengetahuan, kreatifitas juga wawasan yang luas
untuk memahami peserta didiknya. Selain itu kita harus mengerti psikokologi
anak, kemampuan anak, kelemahan anak dalam kesulitan belajar dan keinginan anak
yang mempunyai bakat tertentu. Untuk itu kita harus mengetahui tingkat
kemampuan dan perkembangan peserta didik. Salah satunya dengan teknik non tes.
Teknik non tes yang
digunakan bisa bermacam-macam. Selain itu, teknik non tes bisa membantu kita
untuk dapat mengetahui kemampuan juga kelemahan peserta didik yang menjadi masalah
dalam kehidupannya. Untuk itu kita perlu mengetahui tentang teknik-teknik non tes dalam memahami kesulitan
belajar peserta didik.
1.2 Rumusan
Masalah
Adapun
permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana mengidentifikasi kesulitan belajar
pada peserta didik?
2.
Bagaimana memahami kesulitan belajar pada
peserta didik dengan menggunakan teknik non tes?
1.3 Tujuan
Tujuan
yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui tentang kesulitan belajar yang dialami peserta didik.
2. Mengetahui dan memahami jenis – jenis teknik non-tes.
1. Mengetahui tentang kesulitan belajar yang dialami peserta didik.
2. Mengetahui dan memahami jenis – jenis teknik non-tes.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Identifikasi Kesulitan Belajar Peserta
Didik
Pada pembahasan materi sebelumnya
telah dijelaskan tentang kesulitan belajar dan langkah – langkah yang diberikan
untuk mengatasi kesulitan belajar pada peserta didik. Berkenaan dengan hal
tersebut, Identifikasi kasus
kesulitan belajar ini merupakan upaya untuk menemukan siswa yang diduga
memerlukan layanan bimbingan belajar. Robinson dalam Abin Syamsuddin Makmun
(2003) memberikan beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk mendeteksi
siswa yang diduga membutuhkan
layanan bimbingan belajar, yakni :
a. Call
them approach; melakukan wawancara dengan memanggil semua siswa
secara bergiliran sehingga dengan cara ini akan dapat ditemukan siswa yang
benar-benar membutuhkan layanan bimbingan.
b. Maintain
good relationship;
menciptakan hubungan yang baik, penuh keakraban sehingga tidak terjadi jurang
pemisah antara guru dengan siswa. Hal ini dapat dilaksanakan melalui berbagai
cara yang tidak hanya terbatas pada hubungan kegiatan belajar mengajar saja,
misalnya melalui kegiatan ekstra kurikuler, rekreasi dan situasi-situasi
informal lainnya.
c. Developing
a desire for counseling;
menciptakan suasana yang menimbulkan ke arah penyadaran siswa akan masalah yang
dihadapinya. Misalnya dengan cara mendiskusikan dengan siswa yang bersangkutan
tentang hasil dari suatu tes, seperti tes inteligensi, tes bakat, dan hasil
pengukuran lainnya untuk dianalisis bersama serta diupayakan berbagai tindak
lanjutnya.
d. Melakukan
analisis terhadap hasil belajar siswa, dengan cara ini bisa diketahui tingkat
dan jenis kesulitan atau kegagalan belajar yang dihadapi siswa.
e. Melakukan
analisis sosiometris, dengan cara ini dapat ditemukan siswa yang diduga
mengalami kesulitan penyesuaian sosial
Tujuan dari identifikasi
kasus ini adalah untuk mengumpulkan data siswa sebanyak-banyaknya sehingga
dapat mengetahui penyebab timbulnya masalah yang dihadapi oleh siswa. Siswa
yang akan diberikan bimbingan, terlebih dahulu harus diketahui data-datanya.
Data-data inilah yang akan memberikan keterangan tentang peserta didik yang
mengalami kesulitan dan memerlukan bantuan. Dari data siswa, baik yang bersifat
umum maupun pribadi dikumpulkan kemudian dikaji. Proses ini dilakukan dengan berbagai
cara melalui penyebaran angket, wawancara, observasi maupun sosiometri. Beberapa
cara / teknik ini merupakan jenis teknik non tes.
2.2
Jenis
– Jenis Teknik Non Tes
Teknik non-tes merupakan
prosedur pengumpulan data untuk memahami pribadi siswa pada umumnya yang
bersifat kualitatif. Dalam hubungannya dengan memahami kesulitan belajar siswa,
berikut macam – macam teknik non tes yang dapat dilakukan:
A. Teknik Observasi
Observasi adalah suatu metode
pengumpulan data dengan jalan pengamatan yang bertujuan untuk mendapatkan data
tentang suatu masalah sehingga diperoleh suatu pemahaman dan dilakukan secara langsung, seksama dan sistematis. Sehingga
pengamatan memungkinkan untuk melihat dan mengamati sendiri kemudian mencatat
perilaku dan kejadian yang terjadi pada keadaan sebenarnya.
Observasi yang intensif
bisa dilakukan baik di dalam maupun di luar kelas. Pengamat mencatat hal-hal yang berhubungan dengan
perilaku siswa, terutama dalam mengikuti pelajaran maupun dengan
teman-temannya. Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui keseharian peserta
didik yang diduga mengalami kesulitan belajar.
Dalam teknik observasi, ada beberapa hal yang perlu
dilakukan, diantaranya :
§
Rencanakan
terlebih dahulu observasi yang akan dilakukan, meliputi : Apa yang akan
diobservasi , dimana letak lokasi observasi, kapan observasi akan dilakukan,
siapa yang akan melaksanakan observasi tersebut, siapa yang akan diobservasi,
bagaimana melaksanakan observasi tersebut
§
Lengkapilah
dengan catatan selama observasi
§
Kaji
ulang hasil observasi dengan individu-individu yang terlibat
Hal
– hal yang tidak boleh dilakukan dalam observasi, yaitu:
ü
Menggangu
kerja individu yang diobservasi maupun individu lainnya.
ü
Terlalu
menekankan pada pekerjaan-pekerjaan yang tidak penting.
Disamping itu, teknik ini memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan.
Diantaranya :
Kelebihan :
v
Data
yang dikumpulkan melalui observasi cenderung mempunyai keandalan yang tinggi.
Kadang observasi dilakukan untuk mengecek validitas dari data yang telah
diperoleh sebelumnya dari individu-individu.
v
Dapat
melihat langsung apa yang sedang dikerjakan, aktivitas yang rumit kadang-kadang
sulit untuk diterangkan.
v
Dapat
menggambarkan lingkungan fisik dari kegiatan-kegiatan, misalnya tata letak
fisik peralatan, penerangan, gangguan suara dan lain-lain.
v
Dapat
mengukur tingkat suatu pekerjaan, dalam hal waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan satu unit pekerjaaan tertentu.
Sedangkan kekurangannya
adalah sebagai berikut :
Ø
Umumnya
orang yang diamati merasa terganggu atau tidak nyaman, sehingga akan melakukan
pekerjaannya dengan tidak semestinya.
Ø
Dapat
mengganggu proses yang sedang diamati.
Ø
Orang
yang diamati cenderung melakukan pekerjaannya dengan lebih baik dari biasanya
dan sering menutup-nutupi kejelekan-kejelekannya.
B. Teknik
Wawancara
Wawancara adalah suatu metode
pengumpulan data dengan jalan mengadakan
komunikasi dengan sumber data. Komunikasi tersebut dilakukan dengan dialog
(tanya jawab) secara lisan, baik langsung maupun tidak langsung. Wawancara
bisa dilakukan dengan peserta didik yang bersangkutan atau dengan guru, wali
kelas, orang tua maupun teman-temannya bila hal ini diperlukan.
Adapun
hal-hal yang perlu dilakukan dalam wawancara, yaitu :
·
Pewawancara
harus mendengar, mengamati, menyelidiki, menanggapi, dan mencatat apa yang
sumber data berikan. Kadang-kadang ia seperti seorang penginterogasi,
kadang-kadang secara tajam ia menyerang dengan menunjukkan kesalahan-kesalahan
orang yang diwawancarai, kadang-kadang ia mengklarifikasi, kadang-kadang pula
ia seperti pasif atau menjadi pendengar yang baik. Suksesnya suatu wawancara
tergantung pada kemampuan melakukan kombinasi berbagai keterampilan sesuai
dengan tuntutan situasi dan orang yang diwawancarai.
·
Dalam
proses wawancara, pewawancara harus meredam egonya dan melakukan pengendalian
tersembunyi. Pewawancara memantau semua yang diucapkan oleh dan bahasa tubuh
orang yang diwawancarai, sambil berusaha menciptakan suasana santai yakni
suasana yang konduksif bagi berlangsungnya wawancara. Dalam prakteknya,
berbagai pikiran muncul dibenak pewawancara ketika wawancara sedang
berlangsung. Seperti : Apa yang harus saya tanyakan lagi? Bagaimana nada bicara
orang yang diwawancarai ini? Dari gerak tubuh dan nada suaranya, apakah ia
terlihat bicara jujur atau mencoba menyembunyikan sesuatu?
Disamping
itu, terdapat kelebihan dan kekurangan dalam teknik wawancara. Berikut adalah
uraiannya.
Kelebihan:
· Flexibility. Pewawancara
dapat secara luwes mengajukan pertanyaan sesuai dengan situasi yang dihadapi
pada saat itu. Jika dia menginginkan informasi yang mendalam maka dapat
melakukan “probing”. Demikian pula jika ingin memperoleh informasi tambahan,
maka dia dapat mengajukan pertanyaan tambahan, bahkan jika suatu pertanyaan
dianggap kurang tepat ditanyakan pada saat itu, maka dia dapat menundanya.
· Nonverbal Behavior.
Pewawancara dapat mengetahui perilaku nonverbal, misalnya rasa suka, tidak suka
atau perilaku lainnya pada saat pertanyaan diajukan dan dijawab oleh sumber .
· Question Order. Pertanyaan
dapat diajukan secara berurutan sehingga sumber dapat memahami maksud
penelitian secara baik, sehingga dapat menjawab pertanyaan dengan baik pula.
· Respondent alone can answer.
Jawaban tidak dibuat oleh orang lain tetapi benar oleh sumber yang telah
ditetapkan.
· Melalui wawancara, dapat
ditanyakan hal-hal yang rumit dan mendetail.
· Completeness. Pewawancara
dapat memperoleh jawaban atas seluruh pertanyaan yang diajukan.
Kelemahan
:
v
Mengadakan
wawancara dengan individu satu persatu memerlukan banyak waktu dan tenaga dan
juga mungkin biaya.
v
Walau
dilakukan secara tatap muka, namun kesalahan bertanya dan kesalahan dalam
menafsirkan jawaban, masih bisa terjadi. Sering atribut (jenis kelamin, etnik,
status sosial, jabatan, usia, pakaian, penampilan fisik, dsb) sumber dan juga
pewawancara mempengaruhi jawaban.
v
Keberhasilan
wawancara sangat tergantung dari kepandaian pewawancara dalam melakukan
hubungan antar manusia (human relation).
v
Wawancara
tidak selalu tepat pada kondisi-kondisi tempat tertentu, misalnya di
lokasi-lokasi ribut dan ramai.
v
Sangat
tergantung pada kesediaan, kemampuan dan keadaan sementara dari subyek
wawancara, yang mungkin menghambat ketelitian hasil wawancara.
C. Angket
Angket (Questioner) adalah alat
pengumpul data melalui komunikasi tidak langsung, yaitu melalui tulisan. Angket
ini berisi daftar pertanyaan yang
ditujukan kepada responden untuk dijawabnya, dimana peneliti tidak langsung
bertanya jawab dengan responden, yang
bertujuan untuk mengumpulkan keterangan tentang berbagai hal yang berkaitan
dengan responden. Karena
angket dijawab atau diisi oleh responden dan peneliti tidak selalu bertemu
langsung dengan responden, maka dalam penyusuna angket perlu diperhatikan
beberapa hal. Pertama, sebelum butir-butir pertanyaan atau pernyataan ada
pengantar atau petunjuk pengisian. Kedua, butir-butir pertanyaan dirumuskan
secara jelas menggunakan kata-kata yang lazim digunakan (popular), kalimat
tidak terlalu panjang. Dan Ketiga, untuk setiap pertanyaan atau pernyataan
terbuka dan berstruktur disediakan kolom untuk menuliskan jawaban atau respon
dari responden secukupnya.
Berikut
kelebihan menggunakan angket :
ü
Bila
lokasi responden jaraknya cukup jauh, metode pengumpulan data yang paling mudah
adalah dengan angket.
ü
Pertanyaan-pertanyan
yang sudah disiapkan adalah merupakan waktu yang efisien untuk menjangkau
responden dalam jumlah banyak.
ü
Dengan
angket akan memberi kesempatan mudah pada responden untuk mendiskusikan dengan
temannya apabila menemui pertanyaan yang sukar dijawab.
ü
Responden
dapat lebih leluasa menjawabnya dimana saja, kapan saja, tanpa terkesan
terpaksa.
Kelemahan dari angket :
o
Apabila
penelitian membutuhkan reaksi yang sifatnya spontan dengan metode ini adalah
kurang tepat.
o
Metode
ini kurang fleksibel, kejadiannya hanya terpancang pada pertanyaan yang ada.
o
Jawaban
yang diberikan oleh responden akan terpengaruh oleh keadaan global dari
pertanyaan. Sangat mungkin jawaban yang sudah diberikan di atas secara spontan
dapat berubah setelah melihat pertanyaan di lain nomor.
o
Ada
kemungkinan terjadi respons yang salah dari responden. Hal ini terjadi karena
kurang kejelasan pertanyaan atau karena keragu-raguan responden menjawab.
Karakteristik pertanyaan pada angket:
v
Susun kalimat sederhana tapi jelas
v
Konfidensial : Data yang diberikan responden merupakan
rahasia informasi yang dapat dipercaya.
v
Anonim : Nama dari responden seyogyanya bukan menjadi
masalah yang penting dalam penelitian.
v
Pertanyaan mudah dipahami oleh responden.
v
Spesifik : Pertanyaan harus dirumuskan secara spesifik dan
jelas.
v
Ambigiositas
: Bila pertanyaan bersifat mendua arti akan menyulitkan bagi responden untuk
menjawabnya. Contoh : Anda suka naik gunung dengan sepeda dan naik kuda? Disini
dua pertanyaan ditanyakan bersama.
v
Faktual
: Pertanyaan seyogyanya bersifat meminta fakta bukan opini.
Contoh : beberapa orang terbunuh dalam peperangan itu?(fakta) . Bagaimana pendapat anda pada pembunuhan itu. (opini)
Contoh : beberapa orang terbunuh dalam peperangan itu?(fakta) . Bagaimana pendapat anda pada pembunuhan itu. (opini)
v
Ketidakjelasan
atau kesamaran : Pertanyaan seyogyanya tidak mengandung ketidak jelasan atau
samar-samar keraguan. Contoh : Pada suatu pertandingan sepak bola, anda suka
bila ada taruhannya?
v
Pertanyaan
seyogyanya tidak memberi petunjuk responden terarah pada suatu masalah
tertentu. Contoh : Bukankah anda berfikir bahwa menambah dosis obat yang
diminum membahayakan, bukan?
v
Pertanyanan
hendaknya tidak mempersukar responden untuk menjawabnya.
Contoh : Berapa kali anda setiap hari mandi atau sikat gigi?
Contoh : Berapa kali anda setiap hari mandi atau sikat gigi?
v
Pertanyaan
hendaknya jangan bersifat pribadi. Kecuali kalau perlu sekali, hindari pertanyaan
yang bersifat pribadi. Contoh : Apakah anda suka kawin lagi ?
v
Petanyaan
hendaknya besifat logis. Tanpa bertanya “apakah anda mempunyai TV?” Sudah
ditanya “Program TV apa yang anda suka?”
D. Sosiometri
Sosiometri
adalah alat yang tepat untuk mengumpulkan data mengenai hubungan - hubungan
sosial dan tingkah laku sosial murid (I. Djumhur dan Muh. Surya). Sosiometri
adalah alat untuk meneliti struktur sosial dari suatu kelompok individu dengan dasar
penelaahan terhadap relasi sosial dan status sosial dari masing-masing anggota kelompok
yang bersangkutan (Depdikbud). Sosiometri adalah alat untuk dapat melihat
bagaimana hubungan sosial atau hubungan berteman seseorang (Bimo Walgito).
Sosiometri
merupakan suatu metode untuk memperoleh data tentang hubungan sosial dalam
suatu kelompok, yang berukuran kecil sampai sedang (10 – 50 orang ), berdasarkan
preferensi pribadi antara anggota-anggota kelompok (WS. Winkel). Sosiometri
adalah suatu alat yang dipergunakan mengukur hubungan sosial siswa dalam kelompok
( Dewa Ktut Sukardi,). Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan
pengertian sosiometri adalah suatu teknik untuk mengumpulkan data tentang hubungan
sosial seorang individu dengan individu lain, struktur hubungan individu dan
arah hubungan sosialnya dalam suatu kelompok.
Macam – macam Sosimetri:
Tes Sosiometri ada dua
macam, yaitu :
1. Tes yang mengharuskan
untuk memilih beberapa teman dalam kelompok sebagai pernyataan kesukaan untuk
melakukan kegiatan tertentu ( criterium ) bersama sama dengan teman-teman yang
dipilih.
2. Tes yang mengharuskan menyatakan
kesukaannya atau ketidaksukaannya terhadap teman-teman dalam kelompok pada
umumnya.
Tes sosiometri jenis pertama
paling sering digunakan di institusi-institusi pendidikan dengan tujuan
meningkatkan jaringan hubungan sosial dalam kelompok,sedangkan jenis yang kedua
jarang digunakan, dan inipun untuk mengetahui jaringan hubungan sosial pada
umumnya saja.
Ciri khas penggunaan angket sosiometri:
Ciri khas penggunaan angket
sosiometri atau tes sosiometri , yang terikat pada situasi pergaulan sosial atau
kriterium tertentu.
1. Dijelaskan kepada siswa
yang tergabung dalam suatu kelompok, misalnya satuan kelas, bahwa akan dibentuk
kelompok-kelompok lebih kecil (4-6 orang ) dalam rangka mengadakan kegiatan
tertentu, seperti belajar kelompok dalam kelas, rekreasi bersama ke pantai,
dsb. Kegiatan tertentu itu merupakan situasi pergaulan social yang menjadi
dasar bagi pilihan-pilihan.
2. Setiap siswa diminta
untuk menulis pada blanko yang disediakan nama beberapa teman di dalam
kelompok, dengan siapa dia ingin dan lebih suka melakukan kegiatan itu. Jumlah
teman yang boleh dipilih biasanya tiga orang, dalam urutan pilihan pertama,
kedua, dan ketiga. Yang terungkap dalam pilihan-pilihan itu bukanlah jaringan hubungan
sosial yang sekarang ini sudah ada, melainkan keinginan masing-masing siswa terhadap
kegiatan-kegiatan tertentu dalam hal pembentukan kelompok. Pilihan-pilihan itu dapat
berubah, bila tes sosiometri diterapkan lagi pada lain kesempatan terhadap kegiatan
lain (kriterium berbeda ). Ada kemungkinan siswa akan memilih teman-teman yang
lain untuk belajar bersama di kelas, dibanding dengan pilihan-pilihannya untuk
pergi piknik bersama. Pilihan-pilihan siswa tidak menyatakan alasan untuk
memilih, kecuali bila hal itu dinyatakan dalam tes. Pilihan-pilihan juga tidak
menyatakan tentang sering tidaknya bergaul dengan teman-teman tertentu, atau
intim tidaknya pergaulan dengan teman-teman tertentu; bahkan tidak mutlak
terungkapkan taraf popularitas siswa tertentu, dalam arti biasanya mempunyai
banyak teman, beberapa teman atau sama sekali tidak mempunyai teman.
3. Setiap siswa dalam
kelompok menangkap dengan jelas kegiatan apa yang dimaksud, dan mengetahui
bahwa kegiatan itu terbuka bagi semua.
4. Pilihan-pilihan
dinyatakan secara rahasia dan hasil keseluruhan pemilihan juga dirahasiakan.
Hal ini mencegah timbulnya rasa tidak enak pada siswa, yang tidak suka pilihannya
diketahui umum atau akan mengetahui bahwa ia tidak dipilih. Ciri kerahasiaan juga
memungkinkan bahwa dibentuk kelompok-kelompok kecil yang tidak seluruhnya sesuai
dengan pilihan-pilihan siswa.
5. Biasanya siswa diminta
untuk menyatakan siapa yang mereka pilih, bukan siapa yang tidak mereka pilih dalam urutan tidak
begitu disukai, kurang disukai, tidak disukai, sama sekali tidak disukai. menyatakan
pilihan yang negatif mudah dirasakan sebagai beban psikologis.
6. Tenaga kependidikan yang
dapat menerapkan tes sosiometri adalah guru bidang studi, wali kelas, dan
tenaga ahli bimbingan, tergantung dari kegiatan yang akan dilakukan.
Tahap-tahap Pelaksanaan Sosiometri
1. Tahap Persiapan.
Menentukan kelompok siswa yang akan diselidiki. Memberikan informasi atau
keterangan tentang tujuan penyelenggaraan sosiometri. Mempersiapkan angket
sosiometri.
2. Tahap Pelaksanaan.
Membagikan dan mengisi angket sosiometri. Mengumpulkan kembali dan memeriksa
apakah angket sudah diisi dengan benar.
3. Tahap Pengolahan.
Memeriksa hasil angket, Mengolah data sosiometri dengan cara menganalisa
indeks, menyusun table tabulasi, membuat sosiogram.
Kegunaan Sosiometri:
Sosiometri dapat
dipergunakan untuk :
1. Memperbaiki hubungan
insani.
2. Menentukan kelompok kerja
3.Meneliti kemampuan memimpin seseorang individu
dalam kelompok tertentu untuk suatu
kegiatan tertentu.
4.Mengetahui bagaimana hubungan sosial /
berteman seorang individu dengan individu lainnya.
5.Mencoba mengenali problem penyesuaian diri
seorang individu dalam kelompok sosial
tertentu.
6.Menemukan individu mana yang diterima /
ditolak dalam kelompok social tertentu.
Norma-norma
Sosiometri:
Baik tidaknya hubungan
sosial individu dengan individu lain dapat dilihat dari beberapa segi yaitu :
1. Frekwensi hubungan, yaitu
sering tidaknya individu bergaul. makin sering individu bergaul, pada umumnya
individu itu makin baik dalam segi hubungan sosialnya. Bagi individu yang
mengisolir diri, di mana ia kurang bergaul, hal ini menunjukkan bahwa di dalam
pergaulannya kurang baik.
2. Intensitas hubungan,
yaitu intim tidaknya individu bergaul. Makin
intim/mendalam seseorang dalam hubungan sosialnya dapat dinyatakan bahwa hubungan sosialnya makin baik. Teman intim merupakan teman akrab yang mempunyai intensitas hubungan yang mendalam.
intim/mendalam seseorang dalam hubungan sosialnya dapat dinyatakan bahwa hubungan sosialnya makin baik. Teman intim merupakan teman akrab yang mempunyai intensitas hubungan yang mendalam.
3. Popularitas hubungan,
yaitu banyak sedikitnya teman bergaul. Makin banyak teman di dalam pergaulan
pada umumnya dapat dinyatakan makin baik dalam hubungan sosialnya. Faktor
popularitas tersebut digunakan sebagai ukuran atau kriteria untuk melihat baik
tidaknya seseorang dalam hubungan atau kontak sosialnya.
Manfaat Sosiometri:
Manfaat Sosiometri dalam Bimbingan. Dengan mempelajari data
sosiometri seorang konselor dapat :
1. Menemukan murid mana yang
ternyata mempunyai masalah penyesuaian diri dalam kelompoknya.
2. Membantu meningkatkan
partisipasi sosial diantara murid-murid dengan penerimaan sosialnya.
3. Membantu meningkatkan
pemahaman dan pengertian murid terhadap masalah pergaulan yang sedang dialami
oleh individu tertentu.
4. Merencanakan program yang
konstruktif untuk menciptakan iklim sosial yang lebih baik dan sekaligus
membantu mengatasi masalah penyesuaian di kelas tertentu. Cara untuk
menciptakan suasana / iklim sosial yang baik : Membentuk kelompok belajar /
kelompok kerja . Mempersatukan kelompok minoritas di dalam satu kelas. Menciptakan
hubungan baik dan harmonis. Membangun perasaan berhasil dan berprestasi.
Hendaknya ditanamkan rasa bahwa kalau kompak, akan berhasil baik.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Untuk memahami
perkembangan anak sebagai peserta didik dan kesulitan belajarnya, digunakan Teknik
Non-tes yaitu observasi, wawancara, angket dan sosiometri yang merupakan proses
pengumpulan data untuk memahami pribadi pada umumnya yang bersifat kualitatif. Teknik-teknik
tersebut bertujuan untuk membantu memberi informasi kepada guru untuk
mengetahui anak mana yang mengalami kesulitan belajar dan sebagainya sehingga
hal ini dapat membantu peserta didik dalam mencapai tujuan belajar.
3.2 Saran
Adapun saran yang dapat penyusun berikan adalah :
1.
Berikan kesempatan kepada siswa untuk
mengungkapkan keinginannya
2.
Lakukanlah beberapa teknik non-tes yang bisa
memecahkan masalah yang dihadapi siswa.
3.
Lakukanlah secara kontinue/berkesinambungan untuk
mengetahui keadaan siswa.
4.
Berikanlah bimbingan dan pengarahan tambahan
atau lebih kepada siswa bila hal ini diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA
Syah, Muhibbin. 1999. Psikologi
Belajar. Jakarta : Rajagrafindo Persada.
Wiriaatmadja,
Rochiati. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Remaja Rosdakarya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar