Senin, 08 April 2013

Makalah Psikologi Perkembangan


Pengertian Psikologi Perkembangan
1. Pengertian Psikologi Perkembangan
Psikologi perkembangan ialah suatu ilmu yang merupakan bagian dari psikologi. Dalam
ruang lingkup psikologi, ilmu ini termasuk psikologi khusus, yaitu psikologi yang
mempelajari kekhususan dari pada tingkah laku individu.
2. Kegunaan psikologi perkembangan.
 Berikut ini akan dikemukakan kegunaan psikologi perkembangan sebagai berikut:
 Dengan mempelajari psikologi, orang akan mengetahui fakta-fakta dan prinsip-prinsip
mengenai tingkah laku manusia.
 Untuk memahami diri kita sendiri dengan mempelajari psikologi sedikit banyak orang
akan mengetahui kehidupan jiwanya sendiri, baik segi pengenalan, perasaan, kehendak,
maupun tingkah laku lainnya.
 Dengan mengetahui jiwanya dan memahami dirinya itu maka orang dapat menilai dirinya
sendiri.
 Pengenalan dan pemahaman terhadap kehidupan jiwa sendiri merupakan bahan yang
sangat penting untuk dapat memahami kehidupan jiwa orang lain.
 Dengan bekal pengetahuan psikologi juga dapat dipakai sebagai bahan untuk menilai
tingkah laku normal, sehingga kita dapat mengetahui apakah tingkah laku seseorang itu
sesuai tidak dengan tingkat kewajarannya, termasuk tingkat kenormalan tingkah laku kita
sendiri.
 Pengetahuan Psikiologi Perkembangan, sangat berguna bagi guru, yaitu dengan bekal
psikologi perkembangan:
o Mereka dapat memilih dan memberikan materi pendidikan dan pengajaran yang sesuai
dengan kebutuhan anak didik pada tiap tingkat perkembangan tertentu.
o Mereka dapat memilih metode pengajaran dan menggunakan bahasa yang sesuai dengan
tingkat perkembangan pemahaman murid-murid mereka.
Pengertian Psikologi Perkembangan
Psikologi Perkembangan merupakan cabang dari psikologi. Psikologi (Psychology dari bahasa
yunani dari kata “psycho” yang berarti roh, jiwa (daya hidup) dan “logos” berarti ilmu, secara
harfiah psikologi berarti “ilmu jiwa”.
Pengertian menurut para ahli:
David G Myers (1996)
Psikologi perkembangan “a branch of psychologu that studies physical, coginitive, and social change throughout the life span”
Kevil L.Seifert & Robert J Hoffnung (1994)
Psikologi Perkembangan “The schientificy study of how thoughts, feeling, personalitu, social
relationships, and body of motor skill envolve as an individual grows older”
Linda L Daidoff (1991)
Psikologi Perkembangan adalah cabang psikologi yang mempelajari perubahan dan
perkembangan stuktur jasmani, perilaku, dan fungsi mental manusia yang dimulai sejak
terbentuknya makhluk itu melalui pembuahan hingga menjelang mati.
M Lenner (1976)
Psikologi perkembangan sebagai pengetahuan yang mempelajari persamaan dan perbedaan
fungsi-fungsi psikologis sepanjang hidup (mempelajari bagaimana proses berpikir pada anakanak, memiliki persamaan dan perbedaan, dan bagaimana kepribadian seseorang berubah dan
berkembangn dari anak-anak, remaja, sampai dewasa.
Kesimpulan :
Psikologi Perkembangan adalah cabang dari psikologi yang mempelajari secara sistematis
perkembangan perilaku manusia secara ontogenik, yaitu mempelajari struktur jasmani, perilaku,
maupun fungsi mental manusia sepanjang rentang hidupnya (life span) dari masa konsepsi
hingga menjelang mati.
Pengertian Psikologi Pekembangan
Psikologi perkembangan adalah cabang dari ilmu psikologi yang mempelajari perkembangan
dan perubahan aspek kejiwaan manusia sejak dilahirkan sampai dengan mati. Terapan dari ilmu
psikologi perkembangan digunakan di bidang berbagai bidang seperti pendidikan dan
pengasuhan, pengoptimalan kualitas hidup dewasa tua, penanganan remaja.
Beberapa definisi psikologi perkembangan menurut para ahli :
• Menurut Monks, Knoers dan Haditono bahwa “psikologi perkembangan adalah suatu
ilmu yang lebih mempersolankan faktor-faktor umum yang mempengaruhi proses
perkembangan (perubahan) yang terjadi dalam diri pribadi seseorang dengan menitik
beratkan pada relasi antara kepribadian dan perkembangan.”
• Menurut Kartono bahwa “Psikologi perkembangan (psikologi anak) adalah suatu ilmu
yang mempelajari tingkah laku manusia yang dimulai dengan periode masa bayi, anak
pemain, anak sekolah, masa remaja sampai periode adolesense menjelang dewasa.” • Encyclopedia International : “Developmental psychology is a branch of psychology
devoted been placed on the search for those elements of behavior in the child which are
thought to be prerequisite for complex adult behavior.”(Psikologi perkembangan adalah
suatu cabang dari psikologi yang mengetengahkana pembahasan tentang perilaku anak
secara historic titik berat pembahasannya pada penganalisaan elemen-elemen perilaku anak
yang dimungkinkan akan menjadi syarat terbentuknya perilaku dewasa yang kompleks).
• Good dalam Dictionary Of Education : “Developmental psychology: the branch of
psychology concerned with the course of progressive stages of behavior, considered
phylogenetically anda ontogenetically, and including both the phase of growth and of
decline, broder in meaning than genetic psychology, though the terms are frequently use
interchangeably.”
Dapat disimpulkan bahwa :
Psikologi perkembangan adalah cabang dari psikologi yang membahas tentang arah atau
tahapan kemajuan dari perilaku yang mempertimbangkan phylogenetic dan ontogenetic,
termasuk semua phase pertumbuhan dan penurunan. Hal ini berarti adanya pembatasan yang
lebih luas dari pengertian ilmu jiwa keturunan, walaupun bentuk dan polanya ada
persamaannya serta dapat dipertukarkan).
Pengertian Ilmu Jiwa Perkembangan
Psikologi berasal dari bahasa yunani “psyche” yang berarti jiwa dan logos yang berarti
jiwa. Jadi secara harfiah psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa. Psikologi tidak
mempelajari jiwa itu secara langsung karena sifatnya yang abstrak, tetapi psikologi membatasi
pada manisfestasi dan ekspresi dari jiwa tersebut yakni berupa tingkah laku dan proses atau
kegiatannya, sehingga psikologi dapat dapat di definisikan sebagai ilmu pengetahuan yang
mempelajari tingkah laku dan proses mental.
Perkembangan adalah proses perubahan yang lebih dapat mencerminkan sifat-sifat
mengenai gejala psikologis yang tampak.
Adapun definisi psikologi perkembangan menurut para ahli adalah sebagai berikut:
a. Menurut Prof. .Dr. F.J. Monks, Prof.Dr. A.M.P. Kenoers, dan Prof. Dr Siti Rahayu
haditoro, psikologi perkembangan adalah suatu ilmu yang lebih mempersoalkan foktorfaktor umum yang mempengaruhi proses perkembangan yang terjadi dalam diri pribadi
seseorang , dengan menitikberatkan pada relasi antara kepribadian dan perkembangan.
b. Menurut Dra. Kartini Kartono, psikologi perkembangan adalah suatu ilmu yang
memperlajari tingkah laku manusia yang dimulai pada periode masa bayi, anak pemain,
anak sekolah, masa remaja, sampai periode adolesens menjelang dewasa. Jadi, psikologi perkembangan merupakan cabang dari psikologi yang mempelajari proses
perkembangan individu baik sebelum maupun setelah kelahiran berikut kematangan perilaku.
Selain itu, psikologi perkembangan merupakan cabang psikologi yang mempelajari perubahan
tingkah laku dan kemampuan sepanjang proses perkembangan individu dari mulai masa konsepsi
sampai mati.
Developmental psychology is also called Human Development. It is the scientific study of how
a person changes psychologically (mind and behavior) as they get older. Developmental
psychologists first studied infants and children, and later they also studied teenagers (or
adolescents) and adults. Developmental psychology studies human change in a lot of areas,
including motor skills (and other processes that are both physical and psychological), problem
solving abilities, understanding of concepts, learning language, moral understanding, and
identity.
http://id.wikipedia.org/wiki/Psikologi_perkembangan
http://ilmu-psikologi.blogspot.com/2009/05/pengertian-dan-prinsip-perkembangan.html

Jumat, 05 April 2013

Makalah Diagnosis Kesulitan Belajar


A.    PENDAHULUAN
Dunia pendidikan mengartikan diagnosis kesulitan belajar sebagai segala usaha yang dilakukan untuk memahami dan menetapkan jenis dan sifat kesulitan belajar. Juga mempelajari faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar serta cara menetapkan dan kemungkinan mengatasinya, baik secara kuratif (penyembuhan) maupun secara preventif (pencegahan) berdasarkan data dan informasi yang seobyektif mungkin.  Dengan demikian, semua kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menemukan kesulitan belajar termasuk kegiatan diagnosa. Perlunya diadakan diagnosis belajar karena berbagai hal. Pertama, setiap siswa hendaknya mendapat kesempatan dan pelayanan untuk berkembang secara maksimal, kedua; adanya perbedaan kemampuan, kecerdasan, bakat, minat dan latar belakang lingkungan masing-masing siswa. Ketiga, sistem pengajaran di sekolah seharusnya memberi kesempatan pada siswa untuk maju sesuai dengan kemampuannya. Dan, keempat, untuk menghadapi permasalahan yang dihadapi oleh siswa, hendaknya guru beserta BP lebih intensif dalam menangani siswa dengan menambah pengetahuan, sikap yang terbuka dan mengasah ketrampilan dalam mengidentifikasi kesulitan belajar siswa.
Berkait dengan kegiatan diagnosis, secara garis besar dapat diklasifikasikan ragam diagnosis ada dua macam, yaitu diagnosis untuk mengerti masalah dan diagnosis yang mengklasifikasi masalah. Diagnosa untuk mengerti masalah merupakan usaha untuk dapat lebih banyak mengerti masalah secara menyeluruh. Sedangkan diagnosis yang mengklasifikasi masalahmerupakan pengelompokan masalah sesuai ragam dan sifatnya. Ada masalah yang digolongkan kedalam masalah yang bersifat vokasional, pendidikan, keuangan, kesehatan, keluarga dan kepribadian. Kesulitan belajar merupakan problem yang nyaris dialami oleh semua siswa. Kesulitan belajar dapat diartikan suatu kondisi dalam suatu proses belajar yang ditandai adanya hambatan-hambatan tertentu untuk menggapai hasil belajar.
B.     PEMBAHASAN
1.      Pengertian Diagnosis Kesulitan Belajar
Diagnosis merupakan istilah yang diadopsi dari bidang medis. Menurut Thorndik e dan Hagen , diagnosis dapat diartikan sebagai :[1]
a.          Upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit (weakness, disease) apa yang dialami seseorang dengan melalui pengujian dan studi yang seksama mengenai gejala-gejalanya (symtoms);
b.         Studi yang seksama terhadap fakta tentang suatu hal untuk menemukan karakteristik atau kesalahan-kesalahan dan sebagainya yang esensial;
c.          Keputusan yang dicapai setelah dilakukan suatu studi yang saksama atas gejala-gejala atau fakta-fakta tentang suatu hal.
Dari ketiga pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa di dalam konsep diagnosis, secara implisit telah tercakup pula konsep prognosisnya. Dengan demikian dalam proses diagnosis bukan hanya sekadar mengidentifikasi jenis dan karakteristiknya, serta latar belakang dari suatu kelemahan atau penyakit tertentu, melainkan juga mengimplikasikan suatu upaya untuk meramalkan kemungkinan dan menyarankan tindakan pemecahannya.[2]
Bila kegiatan diagnosis diarahkan pada masalah yang terjadi pada belajar, maka disebut sebagai diagnosis kesulitan belajar. Melalui diagnosis kesulitan belajar gejala-gejala yang menunjukkan adanya kesulitan dalam belajar diidentifikasi, dicari faktor-faktor yang menyebabkannya, dan diupayakan jalan keluar untuk memecahkan masalah tersebut.
2.      Prosedur Diagnosis Kesulitan Belajar
Diganosis kesulitan belajar merupakan suatu prosedur dalam memecahkan kesulitan belajar. Sebagai prosedur maka diagnosis kesulitan belajar terdiri dari langkah-langkah yang tersusun secara sistematis. Menurut Rosss dan Stanley (Abin S.M., 2002 : 309), tahapan-tahapan diagnosis kesulitan belajar adalah jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.
a.                             Who are the pupils having trouble ? (Siapa siswayang mengalami gangguan ?)
b.                             Where are the errors located ? (Di manakah kelemahan-kelemahan tersebut dapat dilokalisasikan ?)
c.                             Why are the errors occur ? (Mengapa kelemahan-kelemahan itu terjadi ?)
d.                            What are remedies are suggested? (Penyembuhan apa saja yang disarankan?)
e.                             How can errors be prevented ? (Bagaimana kelemahan-kelemahan itu dapat dicegah ?)
Pendapat Roos dan Stanley tersebut dapat dioperasionalisasikan dalam memecahkan masalah atau kesulitan belajar mahasiswa dengan tahapan kegiatan sebagai berikut.[3]
a.       Mengidentifikasi mahasiswa yang diduga mengalami kesulitan belajar  Identifikasi mahasiswa yang mengalami kesulitan belajar dilakukan dengan :
1)     Menganalisis prestasi belajar
Dari segi prestasi belajar, individu dapat dinyatakan mengalami kesulitan bila : pertama, indeks prestasi (IP) yang bersangkutan lebih rendah dibanding IP rata-rata klasnya; kedua, prestasi yang dicapai sekarang lebih rendah dari sebelumnya; dan ketiga, prestasi yang dicapai berada di bawah kemampuan sebenarnya.
2)     Menganalisis periaku yang berhubungan dengan proses belajar.
Analisis perilaku terhadap mahasiswa yang diduga mengalami kesulitan belajar dilakukan dengan : pertama, membandingkan perilaku yang bersangkutan dengan perilaku mahasiswa lainnya yang berasal dari tingkat atau kelas yang sama; kedua, membandingkan perilaku yang bersangkutan dengan perilaku yang diharapkan oleh lembaga pendidikan.
3)     Menganalisis hubungan sosial
Intensitas interaksi sosial individu dengan kelompoknya dapat diketahui dengan sosiometri. Dengan sosiometri dapat diketahui individu-individu yang terisolasi dari kelompoknya. Gejala tersebut merupakan salah satu indikator kesulitan belajar.
b.       Melokalisasi letak kesulitan belajar
Setelah mahasiswa-mahasiswa yang mengalami kesulitan belajar diidentifikasi, langkah berikutnya adalah menelaah :
1)      pada mata kuliah apa yang bersangkutan mengalami kesulitan;
2)       pada aspek tujuan pembelajaran yang mana kesulitan terjadi;
3)      pada bagian (ruang lingkup) materi yang mana kesulitan terjadi;
4)      pada segi-segi proses pembelajaran yang mana kesulitan terjadi.
c.       Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab kesulitan belajar
Pada tahap ini semua faktor yang diduga sebagai penyebab kesulitan belajar diusahakan untuk dapat diungkap. Tahap ini oleh para ahli dipandang sebagai tahap yang paling sulit, mengingat penyebab kesulitan belajar itu sangat kompleks, sehingga hal tidak dapat dipahami secara sempurna, meskipun oleh seorang ahli sekalipun (Koestoer dan A. Hadisuparto, 1998 : 21). Teknik pengungkapan faktor penyebab kesulita belajar dapat dilakukan dengan : 1) observasi; 2) wawancara; 3) kuesioner; 4) skala sikap, 5) tes; dan 6) pemeriksaan secara medis.
d.      Memperkirakan alternatif pertolongan
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan secara matang pada tahap ini adalah sebagai berikut.
1)      Apakah mahasiswa yang mengalami kesulitan belajar tersebut masih mungkin untuk ditolong ?
2)      Teknik apa yang tepat untuk pertolongan tersebut ?
3)       Kapan dan di mana proses pemberian bantuan tersebut dilaksanakan ?
4)      Siapa saja yang terlibat dalam proses pemberian bantuan tersebut ?
5)       Berapa lama waktu yang diperlukan untuk kegiatan tersebut ?
e.       Menetapkan kemungkinan teknik mengatasi kesulitan belajar
Tahap ini merupakan kegiatan penyusunan rencana yang meliputi : pertama, teknik-teknik yang dipilih untuk mengatasi kesulitan belajar dan kedua, teknik-teknik yang dipilih untuk mencegah agar kesulitan belajar tidak terjadi lagi.
f.       Pelaksanaan pemberian pertolongan
Tahap keenam ini merupakan tahap terakhir dari diagnosis kesulitan belajar mahasiswa. Pada tahap apa saja yang telah ditetapkan pada tahap kelima dilaksanakan.
3.      Karakteristik anak kesulitan belajar
Berbagai masalah anak kesulitan belajar secara umum menyangkut kemampuan akademik dasar seperti calistung (membaca,menulis, dan berhitung). Hal ini menyebabkan anak kesulitan belajar sulit untuk diidentifikasi hingga mereka masuk sekolah dan mengalami masalah prestasi akademis. Tanda anak yang mengidap kesulitan belajar antara lain:[4]
a.       Perkembangan terlambat
Secara performance anak yang jauh tertinggal dengan teman seusianya menjadi indikator adanya kelainan perkembangan pada anak berkesulitan belajar. Perkembangan ini menyangkut keterlambatan berbahasa, misal: sulit mengerti kata -kata, sulitberbicara sesuai dengan anak sebayanya. Keterlambatan ini juga bisa dilihat dari proses pertumbuhanya, seperti terlambat berjalan atau terlambat berdiri. Hal lain, ketertinggalan dalam memahami arah,mengenal bentuk huruf, pelafalan kata atau hitungan. Hasil studi menunjukan anak yang terlambat perkembangannya juga mengalami keterlambatan di sekolah.
b.      Penampilan tak konsisten.
Anak kesulitan belajar mampu melakukan soal matematika dari guru saat ini, tapi jika mendapat soal itu pada pekan depan ia takmampu untuk menyelesaikannya. Kesulitan ini diprediksi karenakemampuan mengingatnya. Ketidak-konsisten anak kesulitan belajar juga bisa berupa tulisan yang jelek namun hasil lukisanya bagus, danbisa juga, lebih bisa mengerjakan sesuatu dengan baik di rumahdaripada di sekolah.
c.       Kehilangan minat belajar
Sebenarnya anak kesulitan belajar suka belajar, namun antusiamenya kian berkurang begitu masuk sekolah karenamengalami gangguan pemrosesan informasi yang butuh daya ingatdan pengorganisasian informasi dalam jumlah besar. Tanda tandayang bisa dilihat dengan jelas: suka menunda-nunda pekerjaan, sepertimengerjakan tugas belum selesai dan mengatakan akanmengerjakannya di sekolah.
d.      Tak mencapai prestasi seperti yang diharapkan
Adanya kesenjangan antara potensi dan prestasi yangditunjukan anak dapat menjadi ciri utama bagi yang mengalamikesulitan belajar. Misal, anak 8 tahun kelas tiga SD, dengan IQ 139 dengan kemampuanya bisa menguasai materi kelas 4 bahkan kelas 5.hambatan ini disebabkan ketidakmampuan belajar mandiri.
e.       Masalah tingkah laku yang menetap
Anak kesulitan belajar umumnya mempunyai masalah perilaku. Masalah perilaku ini, seperti cepat mengambek dan marah.Anak yang mengalami kesulitan persepsi visual dan bahasa akan sulitmemahami dan mengingat informasi, sehingga sering terke san sukardiatur dan kasar. Tingkah laku ini tentunya tidak disadari oleh anak.Kesulitan muncul saat anak masuk sekolah, karena sekolah secarainten menuntutnya berperilaku baik. Di sekolah mungkin ia berhasilmengendalikan diri, namun di rumah ada peruba han mood yangmencolok. Hal ini yang menyebabkan anak learning disabilitiessering dianggap keras kepala, malas, tak peka, tak bertanggung jawab,dan tak mau bekerja sama.
f.       Kurangnya kepercayaan diri dan harga diri
Anak sering menggangap dirinya bodoh karena tak dapatmeraih prestasi yang baik di sekolah, tak dapat memenuhi harapanorang tua, tak dapat diterima kelompok. Adanya rendah diri ini akanmenurunkan motivasi akademis mereka. Anak kesulitan belajar rentan terhadap situasi yang membuat mereka muda h putus asa dan berhentimencoba ( learned helpess).
Menurut Sutjihati Somantri, tidak ada seperangkat karakteristikyang baku pada anak kesulitan belajar, sebagian mungkin menunjuk padaaspek kognitif, dengan masalah-masalah khusus seperti membaca,berhitung, dan bahkan berfikir. Masalah lain bisa jadi berupa pada aspeksosial, seperti hubungan dengan orang lain, konsep diri, dan perilakuperilaku yang tak layak. Sementara yang lainya mungkin bermasalah pada aspek berbahasa, baik berupa kesulitan mengekspre sikan diri secara lisanmaupun tertulis, atau dalam psikomotorik.[5]
Menurut Ahmad Sudrajat kesulitan belajar dimanifestasikan dalamperilakunya, baik aspek psikomotorik, kognitif, konatif maupun afektif.Beberapa perilaku yang merupakan manifestasi gejala kesulitan belajar,antara lain:[6]
a)               Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai
yangdicapai oleh kelompoknya atau di bawah potensi yang dimilikinya.
b)                  Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan.Mungkin ada siswa yang sudah berusaha giat belajar, tapi nilai yangdiperolehnya selalu rendah
c)                  Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajarnya dan selalutertinggal dari kawan-kawannya dari waktu yang disediakan.
d)                 Menunjukkan sikap-sikap yang tidak wajar, seperti: acuh tak acuh,menentang, berpura-pura, dusta dan sebagainya.e. Menunjukkan perilaku yang berkelainan, seperti: membolos, datangterlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalamatau pun di luar kelas, tidak mau mencatat pelajaran, tidak teraturdalam kegiatan belajar, dan sebagainya.
e)                  Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti: pemurung,mudah tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalammenghadapi situasi tertentu. Misalnya dalam menghadapi nilairendah, tidak menunjukkan perasaan sedih atau menyesal, dansebagainya
Problem Kesulitan Membaca (Disleksia)
Anak yang memiliki keterlambatan kemampuan membaca, mengalami kesulitan dalam mengartikan atau mengenali struktur kata-kata (misalnya huruf atau suara yang seharusnya tidak diucapkan, sisipan, penggantian atau kebalikan) atau memahaminya (misalnya, memahami fakta-fakta dasar, gagasan, utama, urutan peristiwa, atau topik sebuah bacaan). Mereka juga mengalami kesulitan lain seperti cepat melupakan apa yang telah dibacanya.[7] Sebagian ahli berargumen bahwa kesulitan mengenali bunti-bunyi bahasa (fonem) merupakan dasar bagi keterlambatan kemampuan membaca, dimana kemampuan ini penting sekali bagi pemahaman hubungan antara bunyi bahasa dan tulisan yang mewakilinya. Istilah lain yang sering dipergunakan untuk menyebutkan keterlambatan membaca adalah disleksia. Istilah ini sebenarnya merupakan nama bagi salh satu jenis keterlambatan membaca saja. Semasa awal kanak-kanak, seorang anak yang menderita disleksia mengalami kesulitan dalam mempelajari bahasa lisan. Selanjutnya ketika tiba masanya untuk sekolah,anak ini mengalami kesulitan dalam mengenali dan mengeja kata-kata, sehingga pada akhirnya mereka mengalami masalah dalam memahami maknanya.[8]
Disleksia mempengaruhi 5 hingga 10 persen dari semua anak yang ada. Kondisi ini pertama kali diketahui pada abad ke sembilan belas, dimana ketika itu disebut dengan buta huruf (word blindness). Beberapa peneliti menemukan bahwa disleksia cenderung mempengaruhi anak laki-laki lebih besar disbanding anak perempuan. Tanda-tanda disleksia tidak sulit dikenali, bila seorang guru dan orangtua cermat mengamatinya. Sebagai contoh, bila anda menunjukkan sebuah buku yang asing pada seorang anak penderita disleksia, ia mungkin akan mengarang –ngarang cerita berdasarkan gambar yang ia lihat tanpa berdasarkan tulisan isi buku tersebut. Bila anda meminta anak tersebut untuk berfokus pada kata-kata dibuku itu, ia mungkin berusaha untuk mengalihkan permintaan tersebut.[9] Ketika anda menyuruh anak tersebut untuk memperhatikan kata-kata, maka kesulitan mebaca pada anak tersebut akan terlihat jelas. beberapa kesulitan bagi anak-anak penderita disleksia adalah sebagai berikut :[10]
-          Membaca dengan sangat lambat dan dengan enggan
-          Menyusuri teks pada halaman buku dengan menggunakan jari telunjuk. 
-          Mengabaikan suku kata, kata-kata, frase, atau bahkan baris teks.
-          Menambahkan kata-kata atau frase yang tidak ada dalam teks.
-          Membalik urutan huruf atau suku kata dalam sebuah kata
Salah dalam melafalkan kata-kata, termasuk kata-kata yang sudah dikenal
-          Mengganti satu kata dengan kata lain, meskipun kata yang digantikan tidak mempunyai arti dalam konteksnya.
-          Menyusun kata-kata yang tidak mempunyai arti.
-          Mengabaikan tanda baca.
 Kiat Mengatasi Problem Dysleksia
Cara yang paling sederhana, paling efektif untuk membantu anak-anak penderita dysleksia belajar membaca dengan mengajar mereka membaca dengan metode phonic. Idealnya anak-anak akan mempelajari phonic di sekolah bersama guru, dan juga meluangkan waktu untuk berlatih phonic di rumah bersama orang tua mereka.  Metode phonic ini telah terbukti berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan anak dalam membaca (Gittelment & Feingold, 1983). Metode phonic ini merupakan metode yang digunakan untuk mengajarkan anak yang mengalami problem dysleksia agar dapat membaca melalui bunyi yang dihasilkan oleh mulut. Metode ini dapat ssudah dikemas dalam bentuk yang beraneka ragam, baik buku, maupun software.  Bagi anda orang tua, berikut ini merupakan ide-ide yang dapat membantu anak anda dengan phonic dan membaca: Cobalah untuk menyisihkan waktu setiap hari untuk membaca. Tundalah sesi jika anak terlalu lelah, lapar, atau mudah marah hingga dapat memusatkan perhatian.  Jangan melakukan sesuatu yang berlebih-lebihan pada saat pertama;mulailah dengan sepuluh atau lima belas menit sehari.  Tentukan tujuan yang dapat dicapai : satu hari sebanyak satu halaman dari buku phonics atau buku bacaan mungkin cukup pada saat pertama. Bersikaplah positif dan pujilah anak anda ketika dia membaca dengan benar. Ketika dia membuat kesalahan, bersabarlah dan bantu untuk membenarkan kesalahan.
Jika dia ragu-ragu, berikan waktu sebelum anda terburu-buru memberi bantuan. Ketika anda membaca cerita bersama-sama, pastikan bahwa anak tidak hanya melafalkan kata-kata, tetapi merasakannya juga. Tanyakan pendapatnya tentang cerita atau karakter-karakter dalam cerita tersebut.  Mulailah dengan membaca beberapa halaman pertama atau paragraph dari cerita dengan suara keras untuk memancing anak. Kemudian mintalah anak membaca terusan ceritanya untuk mengetahui apa yang akan terjadi selanjutnya.  Variasikan aktivitas dengan meluangkan beberapa sesi untuk melakukan permaianan kata-kata sebagai ganti aktivitas membaca, atau mintalah anak untuk mengarang sebuah cerita, tulislah cerita tersebut, dan mintalah ia untuk membaca kembali tulisan tersebut.  Jangan membuat sesi ini sebagai pengganti kegiatan membaca dengan suara keras pada anak anda. Jik anda selalu membacakan cerita waktu tidur, pertahankanlah itu. Ini akan sangat membantunya mengenal buku dengan punuh kegembiraan.  Berikan hadiah padanya ketika dia melakukan sesuatu dengan sangat baik atau ketika anda melihat perubahan yang nyata pada nilai-nilainya di sekolah. 
Problem Kesulitan Menulis (Dysgraphia)
Dalam sebuah pelatihan menjadi ahli ilmu kesehatan anak, terdapat seorang ahli ilmu kesehatan yang bernama Stephen yang tidka pernah menulis apapun di atas kertas. Ia menggunakan mesin ketik yang dapat dibawa kemana-mana (portable) untuk segala sesuatu laporan pasien, catatan singkat. Kemudian diketahui bahwa Stephen memang tidak dapat menulis secara jelas. seberapapun ia mencoba dengan keras ia tidak dapat menulis apapun dengan jelas, sehingga dia dan orang lain tidak dapat membaca tulisan tangannya.  Apa yang dialami Stephen merupakan problem kesulitan menukis (disgraphya). Tentunya disgraphya ini berbeda dengan tulisan tangan yang jelek. Tulisan tangan yang jelek biasanya tetap dapat terbaca oleh penulisnya, dan juga dilakukan dalam waktu yang relatif sama dengan yang menulis dengan bagus. Akan tetapi untuk dysgraphia, anak membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menulis. Dalam menulis sesuatu kita membutuhkan penglihatan yang cukup jelas, keterampilan motorik halus, pengetahuan tentang bahasa dan ejaan, dan otak untuk mengkoordinasikan ide dengan mata dan tangan untuk menghasilkan tulisan. Jika salah satu elemen tersebut mengalami masalah maka menulis akan menjadi suatu pekerjaan yang sulit atau tidak mungkin dilakukan. 
Kiat Mengatasi Problem Dysgrapia
Untuk mengatasi problem dysgraphia ini, sangatlah baik apabila kita belajar dari sebuah kasus anak yang mengalami dysgraphia. Problem dysgraphia muncul pada Stephen saat sekolah dasar, ia memiliki nilai yang bagus pada masa-masa awal, akan tetapi kemudian nilainya jatuh dan akhirnya guru Stephen di kelas V memanggilnya, dan juga memanggil orang tuanya. Guru tersebut meminta orang tua Stephen untuk mengajari Stephen mengetik pada mesin ketik yang dapat dibawa kemana-mana (portable). Hasilnya nilai dan prestasi Stephen meningkat secara tajam. Sebagian ahli merasa bahwa pendekatan yang terbai untuk dysgraphia adalah dengan jalan mengambil jalan pintas atas problem tersebut, yaitu dengan menggunakan teknologi untuk memberikan kesmepatan pada anak mengerjakan pekerjaan sekolah tanpa harus bersusah payah menulis dengan tangannya. Ada dua bagian dalam pendekatan ini. Anak-anak menulis karena dua alasan : pertama untuk menangkap informasi yang mereka butuhkan untuk belajar (dengan menulis catatan) dan kedua untuk menunjukkan pengetahuan mereka tentang suatu mata pelajaran (tes-tes menulis).
Sebagai ganti menulis dengan tangan, anak-anak dapat: Meminta fotokopi dari catatan-catatan guru atau meminta ijin untuk mengkopi catatn anak lain yang memiliki tulisan tangan yang bagus ; mereka dapat mengandalkan teman tersebut danmengandalkan buku teks untuk belajar.
Belajar cara mengetik dan menggunakan laptop / note book untuk membuat catatan di rumah dan menyelesaikan tugas-tugas sekolah.
Menggunakan alat perekam untuk menangkap informasi saat pelajaran
Sebagai ganti menulis jawaban tes dengan tangan, mereka dapat :
-          Melakukan tes secara lisan
-          Mengerjakan tes dengan pilihan ganda.
-          Mengerjakan tes-tes yang dibawa pulang (take – home test) atau tes dalam kelas dengan cara menegtik.
 Bila strategi-strategi di atas tidak mungkin dilakukan Karena beberapa alasan, maka anak-anak penderita dysgraphia harus diijinkan untuk mendapatkan waktu tambahan untuk tes-tes dan ujian tertulis.  Keuntungan dari pendekatan ini adalah bahwa pendekatan ini memberikan perbedaan yang segera tampak pada anak. Dari pada mereka harus bersusah payah mengusaia suatu keterampilan yang sangat sulit bagi mereka, dan nantinya mungkin akan jarang butuhkan ketika beranjak dewasa, mereka dapat berkonsentrasi untuk mempelajari keterampilan lain, dan dapat menunjukkan apa yang mereka ketahui. Hal ini membuat mereka merasa lebih baik berkenaan dengan sekolah dan diri mereka sendiri. tidka ada alasan untuk menyangkal kesempatan bagi seorang anak yang cerdas untuk meraih kesuksesan di sekolah. selain itu, karena pendidikan sangatlah penting bagi masa depan anak, maka tidak sepadan resiko membiarkan anak menjadi semakin lama semakin frustasi dan menjadi putus asa karena pekerjaan sekolah.
Problem Kesulitan Menghitung (Dyscalculia)
Berhitung merupakan kemampuan yang digunakan dalam kehidupan kita sehari-hari, baik ketika membeli sesuatu, membayar rekening listrik, dan lain sebagainya. Tidak diragukan lagi bahwa berhitung merupakan pekerjaan yang kompleks yang di dalamnya melibatkan : membaca, menulis, dan keterampilan bahasa lainnya.  kemampuan untuk membedakan ukuran-ukuran dan kuantitas relatif dan obyektif.  kemampuan untuk mengenali urutan, pola, dan kelompok.  ingatan jangka pendek untuk meningat elemen-elemen dari sebuah soal matematika saat mengerjakan persamaan.  kemampuan membedakan ide-ide abstrak, seperti angka-angka negatif, atau system angka yang tidk menggunkan basis sepuluh.  Meskipun banyak masalah yang mungkin turut mempengaruhi kemampuan untuk memahami, dan mencapai keberhaislan dalam pelajaran matematika. Istilah ‘dyscalculia’, biasanya mengacu pada pada suatu problem khusus dalam menghitung, atau melakukan operasi aritmatika, yaitu penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.
Anak yang mengalami problem dyscalculia merupakan anak yang memiliki masalah pada kemampuan menghitung. Anak tersebut tentunya belum tentu anak yang bodoh dalam hal yang lain, hanya saja ia mengalami masalah dengan kemampuan menghitungnya. Untuk lebih jelas mengenai gambaran anak yang mengalami problem dyscalculia, perhatikanlah contoh kasus berikut.
Seorang anak bersama Jesica (sepuluh tahun, duduk di kelas V) didapati mengalami masalah dengan mata pelajaran matematika. Nilai matematika yang Jessica dapat selalu rendah, walaupun pada mata pelajaran lain, nilainya baik. Lalu seorang guru memanggilnya, dan memberinya lembar kertas dan pensil dan memintanya menyelesaikan soal berikut :Jones seorang petani memiliki 25 pohon apel dan tiap pohon menghasilkan 50 kilogram apel pertahun, berapa kilogram apel yang dihaislkan Jones tiap tahun?. Ia berusaha keras menemukan jawabannya tetapi tetap tidak bisa. Ketika guru bertanya bagaimana cara menyelesaikan, ia menjawab, ia harus mengalikan 25 dengan 50, akan tetapi ia tidak dapat menghitungnya. Kemudian guru memberinya kalkulator, dan kemudian ia dapat menghitungnya. Inilah gambaran seorang anak yang mengalami problem “dyscalculia”.
Kiat Mengatasi Anak Dengan Dyscalculia
Seperti halnya problem kesulitan menulis dan membaca, ada dua pendekatan yang mungkin : kita dapat menawarkan beberapa bentuk penganganan matematika yang intensif, atau dengan mengambil jalan pintas.  Pendekatan yang pertama, yaitu penanganan matematika yang intensif, dapat kita lakukan dengan teknik “individualisasi yang dibantu tim”. Pendekatan ini menggunakan pengajaran secara privat dengan teman sebaya (peer tutoring). Pendekatan ini mendasari tekniknya pada pemahaman bahwa kecepatan belajar seorang anak berbeda-beda, sehingga ada anak yang cepat menangkap, dan ada juga yang lama. Teknik ini mendorong anak yang cepat menangkap materi pelajaran agar mengajarkannya pada temannya yang lain yang mengalami problem dyscalculia tersebut. Pendekatan yang kedua, yaitu jalan pintas, sebagaimana Jessica diberikan kalkulator untuk menghitung, maka anak dengan problem dyscalculia ini juga dapat diberikan calculator untuk menghitung. Hal ini sederhana karena anak dengan problem dyscalculia tidka memiliki masalah dengan kaitan antara angka, akan tetapi lebih kepada menghitung angka-angka tersebut.
4.      Bantuan guru pembimbing bagi anak kesulitan belaja
Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada kehidupan manusia, kenyataan menunjukkan bahwa manusia di dalam kehidupan seringkali menghadapi persoalan silih berganti, persolan yang satu dapat diatasi, persoalan yang lain timbul, demikian seterusnya. Berdasarkan atas kenyataan bahwa manusia itu tidak sama satu sama lainnya baik sifat maupun kemampuannya. Maka ada manusia yang sanggup mengatasi persoalan tanpa bantuan dari orang lain maupun pihak lain, tetapi tidak sedikit manusia yang tidak sanggup mengatasi persoalan tanpa adanya bantuan orang lain. [11]
Peserta didik di sekolah biasanya juga memiliki masalah-masalah khususnya masalah dalam menerima atau juga memproses suatu materi pelajaran ke dalam pikirannya. Bimbingan dan konseling dimaksudkan agar peserta didik mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri serta menerima secara positif dan dinamis sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut. Oleh karena itu individu yang mepunyai pribadi yang sehat selalu berusaha bersikap positif terhadap dirinya dan terhadap lingkungannya, untuk mewujudkan sikap yang positif diperlukan anak didik yang berdiri sendiri sebagai pribadi yang mandiri, bebas dan mantap. Anak didik yang seperti ini akan terhindar dari keragu-raguan dan ketakutan serta penuh dengan hal-hal yang positif dalam dirinya seperti kreatifitas, sportifitas dan lain sebagainya dan mampu mengatasi masalah masalah sendiri misalnya masalah kesulitan belajar. 
Masalah kesulitan belajar yang sering dialami oleh para peserta didik di  sekolah, merupakan masalah penting yang perlu mendapat perhatian yang serius di kalangan para peserta pendidik. Dikatakan demikian, karena kesulitan belajar yang dialami oleh para peserta didik di sekolah akan membawa dampak negatif, baik bagi siswa sendiri maupun lingkungannya. Untuk mencegah dampak negatif yang timbul karena kesulitan belajar yang dialami peserta didik, maka para pendidik harus waspada terhadap gejala-gejala kesulitan belajar yang mungkin dialami oleh peserta didiknya.   Masalah belajar yang sering timbul dikalangan peserta didik, misalnya  masalah pengaturan waktu belajar, memilih cara belajar yang efektif dan efisien, menggunakan buku-buku referensi, cara belajar kelompok, bagaimana mempersiapkan diri mengahadapi ujian, memilih jurusan atau mata pelajaran yang cocok dengan minat bakat yang dimilikinya, dari masalah-masalah tersebut dapat diatasi dengan program pelayanan bimbingan dan konseling untuk membantu para peserta didik agar mereka dapat berhasil dalam belajar.
Dalam belajar mengajar guru/pendidik sering menghadapi masalah adanya peserta didik yang tidak dapat mengikuti pelajaran dengan lancar, ada siswa yang meperoleh prestasi belajar yang rendah, meskipun telah diusahakan untuk belajar dengan seabaik-baiknya, guru atau pendidik sering menghadapi dan menemukan peserta didik yang mengalami kesulitan dalam belajar, untuk menghadapi peserta didik yang kesulitan belajar, pemahaman utuh dari guru tentang kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didiknya, merupakan dasar dalam usaha meberikan bantuan dan bimbingan yang tepat. Kesulitan belajar yang dialami peserta didik itu akan termanifestasi dalam berbagai macam gejala, misalnya menunjukan hasil belajar yang rendah, hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan, lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar, menunjukan sikap yang kurang wajar, menunjukan tingkah laku yang berkelaianan.[12]
Melalui pelayanan bimbingan dan konseling diharapkan siswa dapat mengalami perkembangan yang optimal baik secara akademis, psikologis dan sosial. Perkembangan yang optimal secara akademis diharapkan peserta didik mampu mencapai prestasi belajar yang baik dan optimal sesuai dengan kemampuan, perkembangan yang optimal ditandai dengan perkembangan kesehatan yang memadai, sedangkan perkembang optimal dari segi sosial bertujuan agar setiap peserta didik dapat mencapai penyesuaian diri dan memiliki kemampuan sosial yang optimal.
Dari uraian di atas telah jelas diuraikan bahwa bimbingan dan konseling sangat diperlukan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan belajar siswa, sehingga siswa dapat meperoleh prestasi yang baik. Dengan perolehan prestasi yang baik maka tujuan pendidikan nasional akan tercapai, dan juga dapat berguna bagi kehidupan sehari-hari yang bahagia dengan ilmu-ilmu yang dimilikinya.

C.    PENUTUP.
KESIMPULAN
Dari pembahasan makalah diatas dapat di simpulkan bahwa Diganosis kesulitan belajar merupakan suatu prosedur dalam memecahkan kesulitan belajar. Sebagai prosedur maka diagnosis kesulitan belajar terdiri dari langkah-langkah yang tersusun secara sistematis.
Tahapan-tahapan diagnosis kesulitan belajar adalah jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.
f.                             Who are the pupils having trouble ? (Siapa siswayang mengalami gangguan ?)
g.                             Where are the errors located ? (Di manakah kelemahan-kelemahan tersebut dapat dilokalisasikan ?)
h.                            Why are the errors occur ? (Mengapa kelemahan-kelemahan itu terjadi ?)
i.                              What are remedies are suggested? (Penyembuhan apa saja yang disarankan?)
j.                              How can errors be prevented ? (Bagaimana kelemahan-kelemahan itu dapat dicegah ?)
Dalam hal peran bk dalam mengatasi anak kesulitan belajar, melalui pelayanan bimbingan dan konseling diharapkan siswa dapat mengalami perkembangan yang optimal baik secara akademis, psikologis dan sosial. Perkembangan yang optimal secara akademis diharapkan peserta didik mampu mencapai prestasi belajar yang baik dan optimal sesuai dengan kemampuan, perkembangan yang optimal ditandai dengan perkembangan kesehatan yang memadai, sedangkan perkembang optimal dari segi sosial bertujuan agar setiap peserta didik dapat mencapai penyesuaian diri dan memiliki kemampuan sosial yang optimal. Sehingga melihat kenyataan yang ada di lingkungan kita sekarang tentunya bimbingan dan konseling sangat diperlukan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan belajar siswa, sehingga siswa dapat meperoleh prestasi yang baik. Dengan perolehan prestasi yang baik maka tujuan pendidikan nasional akan tercapai, dan juga dapat berguna bagi kehidupan sehari-hari yang bahagia dengan ilmu-ilmu yang dimilikinya.






























DAFTAR PUSTAKA


Abdurrahman, Mulyono, 1995, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar,  Jakarta: PLB, FIP, IKIP Jakarta.
Munawir yusuf, Pendidikan bagi anak denga problema belajar, Tiga Serangkai, Bandung, 2009,
Mif.Baihaqi dkk, Memahami dan membantu Anak ADHD, Penerbit .Refika Aditama, BAndung, 2010
Mohamad Asrori, Psikologi Pembelajaran, CV. Wacana Prima, Bandung, 2007
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2207185-karakteristik-anak-kesulitan-belajar/
http://www.iapw.info/home/index.php?option=com_content&view=article&id=141:mengatasi-kesulitan-belajar-pada-anak&catid=32:ragam&Itemid=45
http://www.mojokertocyber.com/keluarga-kita/634-mengatasi-masalah-anak-sulit-belajar









[1] Munawir yusuf, Pendidikan bagi anak denga problema belajar, Tiga Serangkai, Bandung, 2009, h.132
[2] Ibid, h 133
[3] http://ebekunt.wordpress.com/2009/04/12/diagnosis-kesulitan-belajar/
[4] Mohamad Asrori, Psikologi Pembelajaran, CV. Wacana Prima, Bandung, 2007, h.214

[6] http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2207185-karakteristik-anak-kesulitan-belajar/
[7] Mif.Baihaqi dkk, Memahami dan membantu Anak ADHD, Penerbit .Refika Aditama, BAndung, 2010, h. 199
[8] Ibid, h 201
[9] Ibid, h.202
[10] Abdurrahman, Mulyono, 1995, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar,  Jakarta: PLB, FIP, IKIP Jakarta. h.72-73

[11]http://www.iapw.info/home/index.php?option=com_content&view=article&id=141:mengatasi-kesulitan-belajar-pada-anak&catid=32:ragam&Itemid=45
[12] http://www.mojokertocyber.com/keluarga-kita/634-mengatasi-masalah-anak-sulit-belajar